Sabtu, 04 Februari 2012

Yang Dibutuhkan Rakyat Seorang Pemimpin, Ia Memberinya Juara

Alhamdulillah,

Akhirnya kesampaian juga punya blog pribadi yang beberapa waktu lalu sempat tertunda karena ada beberapa kesibukan. Sebagai pemuda, ingin sekali rasanya ikut berpartisipasi dalam memajukan bangsa ini.

Dengan adanya blog ini saya berusaha untuk memberikan sebuah ide-ide ataupun cerita inspiratif yang dapat bermanfaat bagi kita bersama. Tentunya tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Saya pun menyadari masih banyak kekurangan dalam blog ini. Untuk itu saya sangat mengahrapkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.

*****

Hari ini saya melihat sebuah film yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta luar negeri, HBO. Judul filmnya adalah Invictus. Tentu bagi kebanyakan orang tak asing dengan film ini. Namun mungkin juga ada sebagian orang yang baru mendengarnya.

Ya, film ini mengambil setting tempat di Afrika Selatan. Film ini bisa dikatakan sebagai film autobiografi Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan periode 1994-1999. Nama Nelson Mandela pasti tidak asing ditelinga kita semua. Nelson Mandela terkenal karena politik anti apartheidnya yang membuatnya dipenjara kurang lebih tiga dekade. Dan setelah bebas dia terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.

Film ini menurut saya sangat inspiratif karena dalam menyatukan kaum hitam dan putih dengan cara yang cukup unik yakni dengan olahraga rugby.

Pada adegan pembuka film ini, akan disuguhkan tentang antusiasme masyarakat kulit hitam di Afrika Selatan sekaligus sikap pesimisme dari masyarakat kulit putih yang menganggap terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden Afrika Selatan akan menjadi ancaman serius karena akan diprediksi lebih mengutamakan kepentingan kaum kulit hitam.

Ternyata prediksi yang mengatakan bahwa Mandela akan lebih mengutamakan kaum hitam tersebut salah. Mandela malah menyatukan antara kaum kulit hitam dengan kaum kulit putih.

Cara yang dipakai oleh Mandela(Morgan Freeman) adalah dengan menggunakan media olahraga rugby yang waktu itu popular di Afrika Selatan.

Bahkan dalam beberapa adegan ketika para pengawal Nelson Mandela yang notabene berkulit hitam meminta bantuan tambahan pasukan pengawal, oleh Mandela diberikan tambahan pasukan pengawal yang berkulit putih. Hal ini menunjukkan Mandela sangat intens dalam rangka menyatukan kaum kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan.

Tim rugby Afsel yakni Springboks yang dipimpin oleh Francois Pieenar(Matt Damon) merupakan tim yang sedang mengalami kemunduran. Jadi lebih banyak rekor kalah daripada rekor menang. Tentu saja hal ini menimbulkan sikap pesimis dikalangan masyarakat Afrika Selatan sendiri seiring akan dilaksanakannya kejuaraan dunia rugby.

Bahkan terdapat adegan menarik ketika tim rugby springboks melawan tim rugby Inggris. Ketika pertandingan, kaum kulit hitam malah mendukung tim rugby inggris sedangkan kaum kulit putih mendukung Springboks. Hal ini memperlihatkan belum bersatunya kaum kulit hitam dengan kaum kulit putih.

Melihat kondisi ini, Mandela yang juga penggemar rugby berupaya untuk menyatukan rakyat Afrika Selatan dengan memanggil kapten tim rugby Springboks Francois Pieenar ke kantornya untuk sekedar meminum teh dan tersirat keinginan Mandela untuk kemenangan tim rugby Springboks dalam kejuaraan piala dunia rugby yang juga diselenggarakan di Afrika Selatan sendiri.

Akhirnya dibuatlah program latihan yang berbeda dari biasanya, yakni dengan mendatangi pelosok negeri untuk mengenalkan rugby kepada masyarakat. Dan dalam waktu yang singkat, masyarakat Afrika Selatan sangat mendukung.

Dalam film ini juga begitu terlihat bagaimana sosok Mandela yang begitu bijak memberikan motivasi kepada tim rugby Springboks dengan mendatangi langsung ke tempat latihan dan lebih hebatnya lagi, dalam film ini Mandela begitu mengenal satu persatu pemain Springboks yang membuat keheranan bagi pengawal Mandela dan juga membuat kebanggaan dalam diri pemain Springboks.

Ada satu adegan yang cukup mengagetkan saya, yakni ketika pertandingan final dan dihadiri oleh Mandela akan segera dimulai, tiba-tiba muncul sebuah pesawat komersil yang saya sangka adalah teroris yang akan menabrakkan pesawat ke stadion. Pesawat tersebut terbang sangat rendah dan hampir menabrak. Sontak membuat para pengawal Mandela panik. Namun ternyata dibalik terbang rendahnya itu, pesawat  tersebut ingin menyampaikan dukungan kepada Springboks dengan tulisan “good luck boks” yang ada di bagian bawah pesawat dan langsung membuat penonton yang memadati stadion bersorak sorai.

Dan akhirnya sesuai dengan prediksi saya, Springboks keluar sebagai juara dunia rugby. Kemenangan ini membuat seluruh masyarakat Afrika Selatan baik dari kaum kulit hitam maupun kulit putih bergembira merayakan kemenangan besar itu. Tidak terlihat lagi adanya perbedaan antara kaum kulit hitam dan putih. Yang ada hanyalah satu, yakni Afrika Selatan.

Dari film ini dapat kita amati tentang kepemimpinan seorang Nelson Mandela dengan bijaksananya dapat mempersatukan rakyat Afrika Selatan dengan cara yang sungguh menakjubkan menurut saya.

Sempat terpikir dalam benak saya, kapankah bangsa ini memiliki pemimpin yang seperti ini?
Yang dibutuhkan rakyat adalah seorang pemimpin, ia memberikan juara.

*****

Ketika melihat bangsa sendiri, terkadang saya merasa ada sesuatu yang salah. Banyak sekali para pimpinan, baik tingkat daerah maupun nasional yang selalu memberikan argumen bermacam-macam ketika menerima kritik karena belum bisa mensejahterakan rakyat.

Pemimpin yang menjadi teladan, karena masyarakat membutuhkan keteladanan. Sudah banyak perangkat hukum serta lembaga yang dibentuk, namun tidak ada satu pun figur yang mampu menjalankan dengan sepenuh hati.

Figur pemimpin di era transisi telah memunculkan kekecewaan baru, karena harapan akan adanya perubahan tidak kunjung diwujudkan.

Banyak sekali saya melihat pemberitaan tentang tindakan kriminalitas, kerusuhan, dan tindak kekerasan lainnya. Ini memperlihatkan belum maksimalnya peran pemimpin dalam memberikan rasa aman serta dalam kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Saya memandang perlunya komitmen bersama antara pemimpin baik di tingkat pusat maupun daerah beserta para pembantunya agar semua program yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat dapat terwujud.

Namun, ironisnya ditengah kesulitan yang dihadapi oleh seluruh masyarakat Indonesia satu persatu kasus pelanggaran yang dilakukan oleh para pejabat silih berganti bermunculan ke publik. Mulai dari kasus makelar pajak, hingga kasus suap wisma atlet seakan menambah daftar hitam pelanggaran para pejabat.

Saya menilai dari kepeminpinan Mandela terdapat nilai-nilai luhur yang bisa kita jadikan contoh, yakni: tidak pernah membeda-bedakan dan pengabdian yang tulus. Tidak pernah mengaharap sesuatu di balik perbuatannya. Semuanya didedikasikan untuk negara.

Hal ini saya rasa belum terlihat di negara kita. Masih banyak saya melihat dalam media tentang tebang pilih dalam penegakan hukum. Banyak kasus-kasus pelanggaran yang terjadi, namun akhirnya kasus-kasus itupun seperti lenyap ditelan bumi. Menghilang tanpa adanya penyelesaian yang nyata. Jika hal ini berlanjut terus menerus, maka saya bisa memprediksi negeri ini tidak akan pernah mencapai kemajuan. Akan tetap jalan ditempat. Selamanya.

Rakyat pun sudah bosan dengan janji-janji manis. Yang dibutuhkan sekarang adalah bukti nyata dari semua janji yang diucapkan ketika kampanye dulu..

Untuk itu saya sangat mengharap kepada para pemimpin negeri ini untuk kembali meneguhkan niat dalam rangka mensejahterakan masyarakat Indonesia.
 

Mengabdilah untuk negeri...
Bangsa dan negara menanti dharma baktimu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar